Monday 29 February 2016

Panduan teknis budidaya melon

Sumber : www.alamtani.com

Disusun oleh Redaksi


Melon (Cucumis melo) termasuk dalam suku timun-timunan. Masih satu kerabat dengan semangka, blewah dan timun suri. Seperti halnya suku timun-timunan lain, melon tumbuh merambat tetapi tidak bisa memanjat. Bila tidak ditopang, tanaman ini akan tumbuh menjalar di atas permukaan tanah.
Tempat ideal untuk budidaya melon berada pada kisaran ketinggian 250-700 meter dpl. Bila ketinggian kurang dari 250 meter, tanaman melon cenderung menghasilkan buah yang kecil. Sedangkan di dataran tinggi dengan suhu dibawah 18oC, tanaman ini sulit untuk berkembang.
Tanaman melon menghendaki tingkat kelembaban udara 50-70%. Suhu rata-rata yang cocok untuk budidaya melon berkisar 25-30oC dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Kualitas buah melon akan semakin baik apabila terdapat perbedaan suhu siang dan malam cukup signifikan.

Jenis buah melon

Jenis buah melon sangat beragam. Namun hanya 3 kultivar yang populer dibudidayakan, yaknireticalatus, inodorus dan cantalupensis.
§  Reticalatus. Jenis melon ini merupakan kultivar paling populer. Bentuknya membulat dengan kulit buah berwarna hijau dan teksturnya berjala, seperti terlapisi jaring. Daging buah berwarna hijau muda hingga oranye.
§  Inodorus. Jenis ini memiliki kulit buah yang mulus tidak berjala. Bentuknya membulat hingga lonjong. Warna kulit buah kuning hingga kuning pucat kehijauan. Warna dagingnya ada yang hijau, oranye hingga putih. Daging buah tidak beraroma.
§  Cantalupensis. Jenis ini memiliki kulit buah yang bergelombang seperti labu, atau disebut berjuring. Daging buah berwarna kuning atau oranye, aromanya sangat kuat. Blewah termasuk dalam jenis ini.

Pembibitan tanaman melon

Tanaman melon untuk budidaya biasanya diperbanyak secara generatif dari biji atau benih. Untuk budidaya melon seluas satu hektar diperlukan bibit tanaman sekitar 16.000- 20.000 pohon atau setara dengan 500-700 gram benih melon.
Sebelum ditanam benih harus dikecambahkan terlebih dahulu. Caranya dengan merendam benih dalam air hangat selama 6-8 jam. Bila benih belum mengandung fungisida, bisa ditambahkan fungisida ke dalam air rendaman sesuai dosis.
Setelah direndam benih ditiriskan dan ditebarkan diatas kain basah atau kertas koran yang telah dibasahi. Biarkan selama 1-2 hari hingga benih berkecambah. Jaga kelembaban kain atau kertas koran tersebut. Bila terlihat kering percikan air secukupnya.
Kemudian siapkan polybag kecil atau baki persemaian. Isi dengan media tanam berupa campuran tanah dengan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, lihat cara membuat media persemaian. Benamkan biji melon sedalam 1-2 cm ke dalam media tanam tersebut.
Tempat persemaian sebaiknya dilindungi dengan atap plastik bening atau sungkup. Hal ini diperlukan agar bibit yang tumbuh terlindungi dari terik matahari yang berlebihan dan kucuran air hujan langsung. Media persemaian harus terus dikontrol dan diperhatikan agar kelembabannya terjaga. Sirami secara teratur tetapi jangan terlalu basah.
Proses penyemaian biasanya berlangsung hingga 10-14 hari. Atau ditandai dengan tumbuhnya 2-3 helai daun. Pada fase ini bibit sudah siap dipindahkan ke lokasi penanaman.

Persiapan lahan dan penanaman

Lahan untuk budidaya melon sebaiknya dibajak terlebih dahulu untuk menghaluskan bongkahan tanah. Kemudian bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 30-50 cm, panjang 10-15 meter dan jarak antar bedengan 50-60 cm.
Setelah itu berikan pupuk dasar berupa pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 15-20 ton/hektar. Tambahkan juga ZA, KCl dan SP-36 masing-masing 375 kg, 375 kg dan 250 kg untuk setiap hektarnya. Campurkan pupuk tersebut di atas bedengan dan aduk hingga merata dengan tanah bedengan. Biarkan lahan tersebut selama 2-4 hari.
Bila pH tanah yang akan digunakan untuk budidaya melon kurang dari 5, berikan dolomit atau kapur pertanian sebanyak 2 ton per hektar. Campurkan dengan tanah bedengan setidaknya 2-3 hari sebelum pemupukan dasar.
Selanjutnya tutup bedengan dengan plastik mulsa hitam perak. Warna hitam menghadap ke tanah dan warna perak ke bagian luar. Buat lubang tanam di atas mulsa tersebut. Dalam setiap bedengan terdapat dua baris lubang tanam dengan jarak antar baris 60 cm dan jarak antar lubang dalam satu baris 50-60 cm. Penutupan mulsa minimal harus dilakukan 2 hari sebelum penanaman.
Langkah berikutnya tanam bibit yang telah disiapkan. Satu bibit untuk setiap lubang tanam. Kemudian siram untuk agar tidak layu karena kekeringan. Penanaman sebaiknya dilakukan di sore hari saat matahari tidak terlalu terik.

Perawatan budidaya melon

a. Pemasangan ajir

Untuk menghasilkan buah yang bagus, tanaman harus ditopang dengan ajir atau tongkat dari bilah bambu. Fungsinya agar buah yang dihasilkan tidak bersentuhan dengan permukaan tanah. Selain itu agar terjadi penetrasi sinar matahari ke seluruh bagian tanaman.
Pemasangan ajir hendaknya dilakukan sebelum tanaman tumbuh besar. Biasanya sebelum umur tanaman 3 hari terhitung sejak pertama ditanam. Hal ini dimaksudkan agar ajir yang ditancapkan tidak melukai akar tanaman.
Siapkan ajir sepanjang 1,5 meter. Tancapkan ajir tersebut pada lubang tanam secara menyerong, ujung atasnya condong ke arah dalam bedengan. Sehingga ajir-ajir tersebut saling bersilangan, membentuk huruf X. Kemudian siapkan bilah bambu yang lebih panjang dan letakkan secara horisontal diantara silangan ajir-ajir tersebut, ikat dengan tali rafia.

b. Penyiraman

Penyiraman yang teratur sangat diperlukan dalam budidaya melon. Penyiraman hendaknya dilakukan setiap sore hingga umur tanaman satu minggu. Selanjutnya penyiraman dilakukan setiap dua hari sekali.
Ketika musim hujan drainase harus berfungsi dengan baik. Jangan biarkan lahan tergenang air. Tanaman melon tidak menghendaki tanah yang terlalu basah.

c. Pemupukan susulan

Pemupukan susulan diperlukan mulai tanaman berumur satu minggu. Pupuk yang diberikan sebaiknya berbentuk cair. Pupuk padat bisa dilarutkan terlebih dahulu. Pupuk yang digunakan bisa pupuk cair organik atau pupuk kimia buatan.
Pupuk susulan dengan pupuk kimia buatan diberikan sebanyak 6 kali. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada tanaman. Dosis pemupukan 200-250 ml/tanaman. Berikut tabel kebutuhan pupuk untuk budidaya melon:

d. Penyerbukan buatan

Pada musim kemarau penyerbukan dilakukan oleh serangga penyerbuk. Namun saat musim hujan biasanya intensitas serangga penyerbuk berkurang. Untuk mendapatkan kualitas yang baik lakukan penyerbukan buatan.
Penyerbukan buatan dilakukan pada pagi hari, sebelum pukul 10. Bila terlalu siang kuncup bunga sudah agak layu atau menutup. Lakukan penyerbukan buatan pada bunga betina, terutama bunga yang ada pada cabang ke-9 hingga ke-13. Dalam satu pohon setidaknya bisa ditumbuhkan 3-4 calon buah. Kemudian diseleksi lagi, sehingga buah yang dipelihara sampai panen cukup 1-2 per pohon, tergantung ukuran buahnya. Bila ukuran buahnya besar, cukup satu per pohon.

e. Hama dan penyakit

Budidaya melon di daerah tropis seperti Indonesia cukup rentan dengan serangan hama dan penyakit. Hama yang biasa menyerang budidaya melon antara lain kutu daun, lalat buah, ulat daun, thrips, tungau. Sedangkan penyakit yang menyerang antara lain antraknosa, busuk buah, busuk batang dan mosaik.
Untuk menghindari serangan hama dan penyakit lakukan kultur teknis seperti rotasi tanaman, pemupukan berimbang dan menjaga sanitasi kebun. Bila hama dan penyakit telah menyerang semprot dengan pestisida yang cocok. Bisa pestisida organik atau pestisida sintetis. Lakukan penyemprotan sesuai dengan dosis anjuran.

Pemanenan

Biasanya budidaya melon siap dipanen setelah berumur 3 bulan. Ciri-ciri melon siap panen untuk jenis reticalatus antara lain serat jala pada permukaan kulit tampak jelas dan kasar, permukaan kulit sekitar tangkai terlihat retak-retak, warna kulit hijau kekuningan dan sudah mengeluarkan aroma.
Buah melon sebaiknya dipetik pada tingkat kematangan 90% atau sekitar 3-7 hari sebelum matang penuh. Hal ini berguna untuk memberikan waktu lebih pada distribusi.
Pemetikan dilakukan dengan memotong tangkai buah dengan pisau atau gunting. Tangkai dipotong seperti huruf  T, jadi bagian yang dipotong adalah yang mengarah pada daun bukan pada buah. Pemanenan sebaiknya pada pagi hari sekitar pukul 8-11 dan dilakukan secara bertahap. Pilih buah yang benar-benar telah siap dipanen.
—–
Referensi
1.      Sobir dan Firmansyah. 2014. Berkebun melon unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
2.      http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/cara-memupuk-tanaman-melon/. Diakses 6 Juni 2014 pukul 17:44 wib.


Cara menanam bawang daun dalam pot

Sumber www.alamtani.com
Disusun oleh Redaksi
Cara menanam bawang daun dalam pot atau polybag tidak jauh berbeda dengan budidaya di lahan terbuka. Jenis benih yang ditanam dan pupuk yang diperlukan relatif sama. Hanya saja jenis media tanamnya berbeda sehingga memerlukan perlakuan khusus.
Bawang daun (Allium fistulosum) merupakan jenis sayuran yang sering dijadikan bumbu atau bahan penyedap masakan. Bentuk daunnya bulat panjang, berongga seperti pipa. Ujungnya meruncing sedangkan pangkalnya padat berwarna putih. Pada jenis yang lain seperti Allium porum bentuk daunnya pipih seperti pita.
Daerah paling ideal untuk menanam bawang daun adalah dataran tinggi dengan rentang ketinggian 900-1700 meter dpl. Suhu pertumbuhan ideal berkisar 19-24oC dengan kelembaban 80-90%. Meskipun begitu, bawang daun masih bisa tumbuh di dataran rendah yang bersuhu panas.
Pada kesempatan kali ini alamtani akan mengulas cara menanam bawang daun dengan media tanam yang diletakkan dalam pot atau polybag. Hal-hal pokok yang dibahas antara lain, cara membenihkan, membuat media tanam, teknis budidaya dan perawatan hariannya.
Menyiapkan benih
Seperti telah disinggung sebelumnya, terdapat dua jenis bawang daun yakni Allium fistulosumatau bawang daun bakung dan Allium porum bawang daun prei. Saat ini yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis bawang daun bakung.
Bawang daun bisa diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan bibit tanaman melalui biji atau benih. Sedangkan perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman dengan cara memecah anakan dari rumpun utama.
Perbanyakan benih secara generatif didapatkan dengan menyemai biji atau benih terlebih dahulu. Sebelum benih disemai siapkan media penyemaian terlebih dahulu, lihat cara membuat media persemaian. Adapun cara penyemaiannya adalah sebagai berikut:
§  Bila tempat persemaian berupa bedengan tebarkan benih bawang daun dalam alur yang telah dibuat sedalam 1 cm. Jarak antar alur 10 cm.
§  Bila tempat persemaian berupa tray semai atau polybag, letakan benih bawang daun dalam setiap wadah 1-2 biji. Tanam sedamal 10 cm.
§  Tutup tempat persemaian dengan karung goni yang dibasahi atau daun pisang. Setelah benih berkecambah, buka penutup tersebut.
§  Lakukan penyiraman setiap hari, pagi dan sore hari. Berikan pupuk urea, ZA atau pupuk cair organik. Pemberian pupuk urea dan ZA sebaiknya dilarutkan dalam air. Kemudian siramkan pada media semai. Bila menggunakan pupuk organik cair, encerkan terlebih dahulu sebelum disiramkan.
§  Bibit bawang daun yang telah berumur 2 bulan atau tingginya mencapai 10-15 cm, sudah siap dipindahkan ke tempat pembesaran.
Perbanyakan benih vegetatif bisa diambil dari tanaman bawang daun yang telah berumur lebih dari 2,5 bulan. Penampakan tanaman yang akan diambil harus memiliki rumpun banyak, terlihat segar, tidak terserang hama dan penyakit. Cara menyepihnya adalah sebagai berikut:
§  Bongkar rumpun tanaman bawang daun beserta akar-akarnya. Cara membongkar jangan dicabut, melainkan digali dengan tangan atau kored.
§  Bersihkan dengan tangan tanah-tanag yang menempel disekitar akar. Buang daun dan akar yang terlihat layu atau tua.
§  Pecah-pecah rumpun tanaman tersebut menjadi beberapa bibit tanaman atau anakan. Setiap anakan sebaiknya terdiri dari 1-3 batang.
§  Papas daun bagian atas untuk mengurangi penguapan. Pemapasan dilakukan kira-kira sepertiga bagian dari atas. Pemapasan juga akan merangsang tumbuhnya tunas baru.
§  Bibit bawang daun yang telah disiapkan bisa langsung ditanam. Bila bibit tersebut tidak langsung ditanam, sebaiknya lama penyimpanan tidak lebih dari 5-7 hari dengan penyimpanan di tempat teduh dan lembab.
Menyiapkan media tanam
Media tanam pot atau polybag untuk menanam bawang daun sama dengan menanam jenis sayuran lainnya. Pada dasarnya media tanam tersebut harus bersifat poros, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Tingkat keasaman tanah yang untuk menanam bawang daun berkisar pH 6,5-7,5.
Media tanam pot atau polybag terdiri dari tanah, kompos dan arang sekam dengan perbandingan 2:1:1, atau tanah dan pupu kandang dengan perbandingan 2:1. Untuk mengetahui lebih detail silahkan baca kembali artikel tentang cara membuat media tanam sayuran.
Aduk media tanam yang dipilih hingga merata, kemudian masukkan ke dalam pot atau polybag yang telah dipersiapkan. Padatkan media tanam dengan tangan tangan, jangan diinjak karena akan menjadi terlalu padat. Untuk polybag bisa menggunakan ukuran 0.08 x 30/15 x 30, sedangkan untuk pot kira-kira seukuran kaleng cat 5 kg.
Cara menanam bawang daun
Untuk cara menanam bawang daun secara organik, bibit langsung ditanam. Sedangkan untuk cara non-organik bibit bisa direndam dahulu dalam larutan fungisida sebelum ditanam. Perendaman dilakukan pada dosis rendah, 30-50% dari dosis anjuran selama 10-15 menit. Fungsinya untuk menghindari serangan jamur pada akar.
Buat lubang tanam pada pot atau polybag yang telah disiapkan. Dalam lubang tanam sekitar 10 cm. Masukan bibit tanaman, satu wadah untuk satu tanaman. Posisi tanaman tegak berdiri. Kemudian tutup dengan media tanam hingga kuat mencengkeram. Siram bibit tersebut agar tetap lembab.
Waktu yang tepat untuk penanaman pada pagi data sore hari. Saat matahari tidak terlalu terik sehingga suhu udara dan laju respirasi tidak terlalu tinggi. Letakkan pot atau polybag di tempat yang mendapat penyinaran matahari penuh.
Penyiraman dan pemupukan
Penyiraman pada awal pertumbuhan sebaiknya dilakukan setiap hari. Dalam tanaman hendaknya tanah atau media tanam jangan terlalu basah atau becek, air tergenang, karena bisa menyebabkan busuk akar.
Selanjutnya, penyiraman bisa dilakukan setiap 2-3 hari sekali, atau tergantung kondisi cuaca dan keadaaan media tanam. Waktu penyiraman yang paling baik, pagi sebelum jam 9.00 atau sore hari setelah pukul 17.00.
Untuk cara menanam bawang daun organik, berikan pupuk kompos atau pupuk kandang pada hari minggu ke-4 sebanyak satu kepalan tangan untuk setiap wadah dan diulang pada minggu ke-8. Pupuk ditabur di sekitar pangkal batang tanaman.
Sedangkan untuk cara menanam bawang daun non-organik, bisa diberikan pupuk urea atau ZA pada minggu ke-3 dan minggu ke-6. Jumlah pupuk sekitar 5 gram per wadah. Pemberian pupuk sebaiknya dilarutkan dalam air, kemudian disiramkan pada media tanaman.
Bisa juga dengan menambahkan pupuk daun atau pupuk organik cair apabila dibutuhkan. Pemberian pupuk disemprotkan pada daun secara merata atau dikocorkan ke tanah. Aplikasi pupuk bisa diberikan mulai hari ke-10 dan diulang setiap 10 hari hingga 3-4 kali.
Pemanenan
Bawang daun bisa dipanen setelah berumur 2,5 bulan sejak bibit ditanam, 5 bulan dari biji mulai disemai. Ciri-ciri bawang daun siap panen adalah jumlah rumpunnya mulai banyak dan sebagian daunnya sudah ada yang menguning. Panen sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.
Namun untuk keperluan harian tidak perlu menunggu hingga tanaman bawang daun siap panen. Tanaman yang telah berumpun banyak bisa diambil sebagian kapan saja. Dan sisanya dibiarkan tumbuh.
Di lahan terbuka, produktivitas bawang daun bisa menghasilkan hingga 10-40 ton/hektar. Produktivitas ini tergantung pada kualitas benih, teknis budidaya dan kecocokan geografis.


Cara budidaya bayam organik

Sumber www.alamtani.com
Budidaya bayam efektif dilakukan hingga ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Di Indonesia terdapat dua jenis tanaman bayam (Amaranthus Spp.) yang biasa dibudidayakan para petani.
Pertama, jenis tanaman bayam cabut yang terdiri dari bayam hujau dan bayam merah. Cirinya, lebar daun relatif kecil, untuk jenis bayam hijau warnanya hijau terang agak keputih-putihan, untuk bayam merah warnanya merah hati cenderung gelap. Jenis kedua, bayam yang berdaun lebar atau bayam raja. Warna daunnya hijau tua cenderung keabu-abuan, tumbuh berdiri tegak. Cara panennya bisa dicabut atau dipotong.
Secara metode, budidaya bayam organik mempunyai perlakuan sama dengan budidaya non-organik, perbedaannya pada pemberian jenis pupuk. Sedangkan untuk pengendalian hama, petani biasa menanganinya dengan memperbaiki kesehatan tanaman seperti pemberian pupuk, pengairan dan menjaga kebersihan kebun.
Budidaya bayam lebih efektif dilakukan tanpa tahapan persemaian terlebih dahulu. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Suhu ideal berkisar antara 16-20oC, dengan kelembaban udara antara yang sedang. Namun bayam bisa beradaptasi pada suhu panas seperti di Jakarta sepanjang kelembabannya tinggi. Pada musim hujan bayam tidak begitu baik tumbuhnya, daun bayam mudah rusak terkena hujan yang terus-menerus.
Berikut ini langkah-langkah melakukan budidaya bayam organik, untuk jenis bayam cabut baik yang berdaun hijau maupun merah.
Penyiapan benih bayam
Benih untuk budidaya bayam disiapkan melalui perbanyakan biji. Benih diambiul dari tanaman bayam yang dipelihara hingga tua berumur sekitar 3 bulan. Apabila tanaman masih muda sudah diambil bijinya, daya simpan benih tidak lama dan tingkat perkecambahan rendah. Benih bayam yang baik bisa disimpan hingga umur satu tahun.
Benih bayam tidak memerlukan masa dorman. Jadi, benih yang baru dipanen sebenarnya sudah siap untuk langsung ditanam. Kebutuhan benih untuk budidaya bayam adalah 5-10 kg per hektar, sangat tergantung pada keterampilan menebar.
Pengolahan lahan budidaya bayam organik
Pertama-tama haluskan tanah dan buat bedengan. Lebar bedangan satu meter dan tinggi 20-30 cm sedangkan panjangnya mengikuti kondisi lahan. Jarak antar bedengan 30 cm. Sebaiknya bedengan membujur dari timur-barat untuk mendapatkan pencahayaan yang maksimal.
Budidaya bayam sensitif dengan keasaman tanah. Apabila derajat keasaman tanah rendah pH kurang dari enam sebaiknya netralkan dengan kapur atau dolomit sebanyak 2-3 ton per hektar. Apabila pH lebih dari 7 netralkan dengan belerang. Tebarkan pupuk kandang, paling baik kotoran ayam, sebanyak 10 ton per hektar lalu diamkan selama 2-3 hari. Kotoran ayam merupakan pupuk kandang yang sangat kaya dengan nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman bayam dan jenis sayuran daun lainnya.
Penebaran benih bayam
Benih bayam sangat kecil, dalam budidaya bayam biasanya benih ditebar dengan tangan atau saringan. Usahakan benih menyebar dengan baik. Kepadatan tebar benih adalah 0,5-1 gram per meter persegi. Agar penebaran benih merata, kita juga bisa mencampurkan benih dengan tanah atau kompos lalu ditebar di atas bedengan. Berikut ini gambar benih bayam:
Perawatan budidaya bayam
Perawatan yang paling penting dalam budidaya bayam adalah pengaturan air, terutama saat awal benih ditebar. Lakukan penyiraman dua kali sehari saat musim kemarau. Jaga selalu kelembaban tanah hingga bayam berkecambah.
Setelah bayam bayam berkecambah, siangi gulma atau rumput yang tumbuh bersama kecambah bayam. Gulma akan berebut nutrisi dengan tanaman bayam. Berikut beberapa hama dan penyakit yang kerap menyerang budidaya bayam, yaitu ulat daun, kutu daun, tungau, busuk basah dan karat putih. Penanganannya adalah dengan menjaga kesehatan tanaman dengan penyiraman teratur. Jika sudah meleati ambang ekonomis yakni dengan penggunaan pestisida hayati, untuk pencegahan lakukan budidaya tanaman sehat, mencegah timbulnya jamur dan mempertinggi kekebalan tanaman
Menginjak usia tanaman dua minggu, apabila daun terlihat menguning, berikan pemupukan tambahan. Pemupukan tambahan bisa menggunakan kompos atau kotoran ayam yang telah matang. Atur pemupukan sehemat mungkin untuk menjaga budidaya bayam tetap ekonomis.
Panen dan pasca panen
Budidaya bayam bisa dipanen mulai 20 hari setelah tanam atau tinggi tanaman sekitar 20 cm. Dengan pencabutan rata-rata panen yang dihasilkan dalam satu hektar adalah 20 ton. Sedangkan pada budidaya bayam potong biasanya dipanen pada umur 1-1,5 bulan dengan interval pemerikan seminggu sekali.
Setelah dipanen cuci dan sortir tanaman. Sebelum dikirim, bayam diikat dengan bilah bambu, setiap 50 ikatan digambungkan dalam satu gabung. Simpan hasil panen budidaya bayam ditempat teduh karena bayam termasuk tanaman yang cepat layu.


Mempercepat umur panen tanaman bayam organik

Disusun oleh www.alamtani.com
Sebelumnya saya sudah menguraikan tentang cara budidayabayam organik. Pada kesempatan kali ini, akan diberikan tips agar umur panen tanaman bayam bisa lebih cepat. Pada umur 15 hari tanaman sudah bisa dipanen, tanpa mengurangi kuantitas dan kualitasnya.
Budidaya tanaman bayam atau Amarnthus spp. biasanya sudah tumbuh cukup besar dan siap untuk dipanen setelah 20 hari, sejak benih ditebar. Terlebih untuk budidaya bayam organik, mungkin bisa lebih lama dari biasanya. Namun dengan beberapa perlakuan tertentu, ternyata umur panen tanaman bayam bisa lebih cepat.
Tanaman bayam mengalami pertumbuhan optimal bila terkena paparan sinar matahari yang cukup. Tidak kurang dari 7 jam setiap harinya. Tapi sekaligus juga tidak mengalami kekeringan, atau kekurangan asupan air. Kondisi seperti ini biasanya berlangsung di negara tropis pada musim kemarau.
Dengan teknik penyiraman yang tepat, budidaya bayam bisa dipanen lebih cepat dengan hasil melimpah. Hal ini sebenarnya tidak terlepas dari bagaimana menciptakan habitat yang paling sesuai untuk tanaman bayam. Berikut langkah-langkah optimalisasi budidaya bayam secara organik:
1. Penyiapan lahan
Tanah dihaluskan dan dibentuk bedengan dengan bentuk permukaan rata, tidak melengkung seperti busur. Tujuannya agar penyiraman dapat merata sehingga tingkat kebasahannya sama untuk setiap tanaman. Dengan begitu tanaman bayam tumbuh serentak antara bagian pinggir dan bagian tengah bedengan.
Lebar bedengan dibuat 1 meter, panjang 10 meter. Hal ini untuk memudahkan perawatan, seperti penyiraman dan pemupukan. Ketinggian bedengan setidaknya dibuat 15 cm dengan jarak antar bedengan sekitar 20 cm.
2. Pemberian pupuk dasar
Gunakan pupuk kandang dari peternakan ayam potong yang telah kering sebagai pupuk dasar. Pupuk kandang jenis ini memiliki kelebihan saat digunakan dalam budidaya bayam karena memiliki kandungan nitrogen (N) yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang dari peternakan domba atau sapi.
Pupuk kandang dari peternakan ayam potong biasanya sudah tercampur dengan sekam padi. Sehingga mudah ditaburkan secara merata tidak seperti pada pupuk kandang dari peternakan domba atau sapi yang teksturnya cenderung menggumpal.
Pemberian pupuk dasar untuk tanaman bayam sebaiknya dilakukan sebanyak 2 lapis. Caranya sebagai berikut, kerok tanah pada permukaan bedengan sedalam 5 cm. Taburkan pupuk secara merata di atas permukaan bedengan yang telah dikerok. Tutup kembali dengan tanah hasil kerokan tadi.
Setelah ditutup oleh tanah, kemudian taburkan benih bayam. Kemudian taburkan kembali pupuk setelah penaburan benih. Sehingga terdapat dua lapis pupuk, yakni di permukaan tanah dan 5 cm di dalam tanah.
Pemberian pupuk secara 2 lapis ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan stamina tanaman bayam setelah umur 10 hari. Dengan adanya pupuk organik di lapisan bawah, tanaman bayam akan mendapatkan asupan unsur hara yang tepat waktu. Karena semakin besar tanaman, semakin dalam akar menghujam ke dalam tanah. Di saat yang bersamaan, di dalam tanah telah tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tidak usah menunggu penambahan pupuk susulan.
(foto: titispw)
3. Pengaturan drainase
Lahan untuk tanaman bayam harus memiliki saluran pembuangan air yang baik. Tanaman bayam tidak menghendaki kondisi tanah yang basah tergenang. Tanaman bayam akan kesulitan menyerap nutrisi bila kandungan air dalam tanah terlalu tinggi. Akibatnya pertumbuhan menjadi lambat, daun agak kekuningan dan mengeras.
Kontur lahan yang sesuai untuk tanaman bayam yaitu apabila terjadi genangan air akibat hujan, air segera dapat berlalu dengan cepat. Sebaiknya kurang dari 10 menit genangan air segera mengalir setelah hujan berhenti.
4. Teknik penyiraman
Penyiraman sebaiknya dilakukan 2 kali sehari selama masa perkecambahan, 3 hari pertama sejak benih ditaburkan. Fungsinya untuk menjaga kelembaban benih agar perkecambahan berjalan sempurna. Setelah umur 4 hari penyiraman dapat dilakukan 1 kali sehari, pada pagi atau sore hari.
Penyiraman pada siang hari boleh dilakukan asal tingkat kebasahannya lebih tinggi. Parameternya adalah tanah harus basah tersiram air semua. Volume air yang dibutuhkan biasanya 2 kali lipat dibanding penyiraman pagi atau sore hari. Dengan cara ini, hasil penyiraman pada siang hari, pada saat matahari bersinar terik justru membuat pertumbuhan bayam sangat bagus.
Jika pada sore hari lahan terkena hujan, sebaiknya pada pagi hari dibilas dengan penyiraman secara merata. Tetapi volumenya sedikit saja. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah perkembangan jamur dan bakteri yang menempel ke tanaman akibat percikan air hujan dari tanah.
5. Pemberian pupuk susulan
Ketika akan memberikan pupuk susulan sebaiknya tanaman tidak disiram selama 1 hari sebelumnya. Penundaan penyiraman ini gunanya untuk mempercepat penyerapan unsur hara dari pupuk oleh tanaman bayam.
Berikan pupuk susulan berupa pupuk kompos atau pupuk organik lainnya. Taburkan secara merata kemudian bersihkan pupuk yang menempel pada permukaan daun. Caranya, sapu tanaman dengan menggunakan daun-daunan yang lebih besar dan lembut, seperti pepaya atau daun lainnya.
Setelah itu, biarkan terjemur sekitar 2-4 jam. Kemudian siram dengan air secara merata. Sekitar 3 hari setelah pemupukan tambahan, bayam sudah bisa dipanen.
(foto: titispw)
6. Antisipasi serangan jamur
Penyakit yang paling sering menyerang tanaman bayam adalah jamur. Untuk mengantisipasi serangan jamur sebaiknya gunakan pupuk hayati cair dalam perawatan. Semprotkan pada saat olah tanah dan saat tanaman berumur sekitar 7 hari.
Pupuk hayati cair mengandung mikroorganisme hidup. Mikroorganisme ini akan menekan perkembangan jamur. Selain menekan perkembangan jamur, pupuk hayati bekerja membantu proses fermentasi bahan organik di tanah untuk menambat N dan melarutkan P dan K. Sehingga jumlah unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman akan tercukupi.


Cara budidaya jamur tiram putih

Disusun oleh www.alamtani.com
Budidaya jamur tiram sangat cocok untuk daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Investasi yang dibutuhkan untuk memulai udaha budidaya jamur tiram cukup murah dan bisa dilakukan bertahap. Bagian tersulit adalah membuat baglog, media tanam yang telah diinokulaikan dengan bibit jamur.
Nama latin jamur tiram adalah Pleurotus ostreatus, termasuk dalam kelompok Basidiomycota. Disebut jamur tiram karena bentuk tajuknya menyerupai kulit tiram. Berwarna putih berbentuk setengah lingkaran. Di alam bebas, jamur tiram putih biasa ditemukan pada batang-batang kayu yang sudah lapuk. Mungkin karena itu, jamur tiram sering disebut jamur kayu.
Ada dua kegiatan utama dalam budidaya jamur tiram. Tahap pertama adalah membuat media tanam dan menginokulasikan bibit jamur ke dalam media tanam tersebut. Sehingga media ditumbuhi miselium berwarna putih seperti kapas. Tahap kedua adalah menumbuhkan miselium tersebut menjadi badan buah.
Untuk pendatang baru, biasanya memulai kegiatan budidaya dengan menumbuhkan baglog menjadi daging buah. Sementara pengadaan, baglog yang siap tumbuh didapat dengan membeli dari pihak lain. Kemudian setelah usaha budidayanya berkembang dan volumenya banyak, baru mencoba membuat baglog sendiri.
Dalam tulisan ini akan, saya akan mengulas langkah yang harus dipersiapkan untuk memulai budidaya jamur tiram putih.
Menyiapkan kumbung
Kumbung atau rumah jamur adalah tempat untuk merawat baglog dan menumbuhkan jamur. Kumbung biasanya berupa sebuah bangunan, yang diisi rak-rak untuk meletakkan baglog. Bangunan tersebut harus memiliki kemampuan untuk menjaga suhu dan kelembaban.
Kumbung biasanya dibuat dari bambu atau kayu. Dinding kumbung bisa dibuat dari gedek atau papan. Atapnya dari genteng atau sirap. Jangan menggunakan atap asbes atau seng, karena atap tersebut akan mendatangkan panas. Sedangkan bagian lantainya sebaiknya tidak diplester. Agar air yang digunakan untuk menyiram jamur bisa meresap.
Di dalam kumbung dilengkapi dengan rak berupa kisi-kisi yang dibuat bertingkat. Rak tersebut berfungsi untuk menyusun baglog. Rangka rak bisa dibuat dari bambu atau kayu. Rak diletakkan berjajar. Antara rak satu dengan yang lain dipisahkan oleh lorong untuk perawatan.
Ukuran ketinggian ruang antar rak sebaiknya tidak kurang dari 40 cm, rak bisa dibuat 2-3 tingkat. Lebar rak 40 cm dan panjang setiap ruas rak 1 meter. Setiap ruas rak sebesar ini bisa memuat 70-80 baglog. Keperluan rak disesuaikan dengan jumlah baglog yang akan dibudidayakan.
Sebelum baglog dimasukkan kedalam kumbung, sebaiknya lakukan persiapan terlebih dahulu. Berikut langkah-langkahnya:
§  Bersihkan kumbung dan rak-rak untuk menyimpan baglog dari kotoran.
§  Lakukan pengapuran dan penyemprotan dengan fungisida di bagian dalam kumbung. Diamkan selama 2 hari, sebelum baglog dimasukkan ke dalam kumbung.
§  Setelah bau obat hilang, masukkan baglog yang sudah siap untuk ditumbuhkan. Seluruh permukaannya sudah tertutupi serabut putih.
Menyiapkan baglog
Baglog merupakan media tanam tempat meletakkan bibit jamur tiram. Bahan utama baglog adalah serbuk gergaji, karena jamur tiram termasuk jamur kayu. Baglog dibungkus plastik berbentuk silinder, dimana salah satu ujungnya diberi lubang. Pada lubang tersebut jamur tiram akan tumbuh menyembul keluar.
Pada usaha budidaya jamur tiram skala besar, petani jamur biasanya membuat baglog sendiri. Namun bagi petani pemula, atau petani dengan modal terbatas biasanya baglog dibeli dari pihak lain. Sehingga petani bisa fokus menjalankan usaha budidaya.
Saat ini, baglog jamur tiram yang berbobot sekitar 1 kg dijual dengan harga Rp. 2.000-2.500. Adapun bila ingin membuat sendiri silahkan baca cara membuat baglog jamur tiram.
Cara merawat baglog
Terdapat dua cara menyusun baglog dalam rak, yakni diletakkan secara vertikal dimana lubang baglog menghadap ke atas. Dan secara horizontal, lubang baglog menghadap ke samping.
Kedua cara ini memiliki kelebihan masing. Baglog yang disusun secara horizontal lebih aman dari siraman air. Bila penyiraman berlebihan, air tidak akan masuk ke dalam baglog. Selain itu, untuk melakukan pemanenan lebih mudah. Hanya saja, penyusunan horizontal lebih menyita ruang.
Berikut cara-cara perawatan budidaya jamur tiram adalah sebagai berikut:
§  Sebelum baglog disusun, buka terlebih dahulu cincin dan kertas penutup baglog. Kemudian diamkan kurang lebih 5 hari. Bila lantai terbuat dari tanah lakukan penyiraman untuk menambah kelembaban.
§  Setelah itu, potong ujung baglog untuk memberikan ruang pertumbuhan lebih lebar. Biarkan selama 3 hari jangan dulu disiram. Penyiraman cukup pada lantai saja.
§  Lakukan penyiraman dengan sprayer. Penyiraman sebaiknya membentuk kabut, bukan tetesan-tetesan air. Semakin sempurna pengabutan semakin baik. Frekuensi penyiraman 2-3 kali sehari, tergantung suhu dan kelembaban kumbung. Jaga suhu pada kisaran 16-24oC.
Panen budidaya jamur tiram
Bila baglog yang digunakan permukaannya telah tertutup sempurna dengan miselium, biasanya dalam 1-2 minggu sejak pembukaan tutup baglog, jamur akan tumbuh dan sudah bisa dipanen. Baglog jamur bisa dipanen 5-8 kali, bila perawatannya baik. Baglog yang memiliki bobot sekitar 1 kg akan menghasilkan jamur sebanyak 0,7-0,8 kg. Setelah itu baglog dibuang atau bisa dijadikan bahan kompos.
Pemanenan dilakukan terhadap jamur yang telah mekar dan membesar. Tepatnya bila ujung-ujungnya telah terlihat meruncing. Namun tudungnya belum pecah warnanya masih putih bersih. Bila masa panen lewat setengah hari saja maka warna menjadi agak kuning kecoklatan dan tudungnya pecah. Bila sudah seperti ini, jamur akan cepat layu dan tidak tahan lama. Jarak panen pertama ke panen berikutnya berkisar 2-3 minggu.