Disusun oleh www.alamtani.com
Panduan praktis
budidaya belut
Belut merupakan binatang air yang digolongkan dalam kelompok
ikan. Berbeda dengan kebanyakan jenis ikan lainnya, belut bisa hidup dalam
lumpur dengan sedikit air. Binatang ini mempunyai dua sistem pernapasan yang
bisa membuatnya bertahan dalam kondisi tersebut.
Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut
sawah (Monopterus albus). Di beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus
bengalensis). Perbedaan belut sawah dan belut rawa yang paling mencolok
adalah postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut
rawa lebih panjang dan ramping.
Terdapat dua segmen usaha budidaya belut yaitu pembibitan dan
pembesaran. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan anakan. Sedangkan
pembesaran bertujuan untuk menghasilkan belut hingga ukuran siap konsumsi.
Kali ini alamtani akan menguraikan tentang budidaya pembesaran
belut di kolam tembok. Mulai dari pemilihan bibit hingga pemanenan. Semoga
bermanfaat.
Memilih bibit belut
Bibit untuk budidaya belut bisa didapatkan dari hasil tangkapan
atau hasil budidaya. Keduanya memiliki kekurangan dan keunggulan masing-masing.
Bibit hasil tangkapan memiliki beberapa kekurangan, seperti
ukuran yang tidak seragam dan adanya kemungkinan trauma karena metode
penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan adalah rasanya lebih gurih
sehingga harga jualnya lebih baik.
Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya biasanya lebih
rendah dari belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya ukuran bibit lebih seragam,
bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin. Selain itu,
bibit hasil budidaya memiliki daya tumbuh yang relatif sama karena biasanya
berasal dari induk yang seragam.
Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan cara memijahkan
belut jantan dengan betina secara alami. Sejauh ini di Indonesia belum ada
pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut. Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses pembibitan belut.
Bibit yang baik untuk budidaya belut hendaknya memiliki kriteria
berikut:
§ Ukurannya seragam. Ukuran bibit yang seragam
dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau
saling memangsa.
§ Gerakannya aktif dan lincah, tidak loyo.
§ Tidak cacat atau luka secara fisik.
§ Bebas dari penyakit.
Budidaya belut untuk segmen pembesaran biasanya menggunakan
bibit belut berukuran panjang 10-12 cm. Bibit sebesar ini memerlukan waktu
pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, hingga siap konsumsi. Untuk pasar ekspor yang
menghendaki ukuran lebih besar, waktu pemeliharaan bisa mencapai 6 bulan.
Menyiapkan kolam budidaya belut
Budidaya belut bisa dilakukan dalam kolam permanen maupun semi
permanen. Kolam permanen yang sering dipakai antara lain kolam tanah, sawah,
dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi permanen antara lain kolam terpal, drum,
tong, kontainer plastik dan jaring.
Kali ini kita akan membahas budidya belut di kola tembok. Kolam
tembok relatif lebih kuat, umur ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun.
Bentuk dan luas kolam tembok bisa dibuat berbagai macam,
disesuaikan dengan keadaan ruang dan kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar
1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat dengan pipa yang agak besar untuk
memudahkan penggantian media tumbuh.
Untuk kolam tembok yang masih baru, sebaiknya dikeringkan
terlebih dahulu selama beberapa minggu. Kemudian direndam dengan air dan tambahkan
daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah pisang. Lakukan pencucian minimal tiga
kali atau sampai bau semennya hilang.
Media tumbuh untuk budidaya belut
Di alam bebas belut sering dijumpai dalam perairan berlumpur.
Lumpur merupakan tempat perlindungan bagi belut. Dalam kolam budidaya pun,
belut membutuhkan media tumbuh berupa lumpur.
Beberapa material yang bisa dijadikan bahan membuat lumpur/media
tumbuh antara lain, lumpur sawah, kompos, humus, pupuk
kandang, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman
air, dan mikroba dekomposer.
Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut
tidak ada patokannya. Sangat tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman.
Pembudidaya bisa meramu sendiri media tumbuh dari bahan-bahan yang mudah
didapatkan.
Berikut ini salah satu alternatif langkah-langkah membuat media
tumbuh untuk budididaya belut:
§ Bersihkan dan keringkan kolam. Kemudian
letakkan jerami padi yang telah dirajang pada dasar kolam setebal kurang lebih
20 cm.
§ Letakkan pelepah pisang yang telah dirajang
setebal 6 cm, di atas lapisan jerami.
§ Tambahkan campuran pupuk kandang (kotoran
kerbau atau sapi), kompos atau tanah humus setebal 20-25 cm, di atas pelepah
pisang. Pupuk organik berguna untuk memicu pertumbuhan biota yang bisa menjadi
penyedia makanan alami bagi belut.
§ Siram lapisan media tumbuh tersebut dengan
cairan bioaktivator atau mikroba dekomposer, misalnya larutan EM4.
§ Timbun dengan lumpur sawah atau rawa setebal
10-15 cm. Biarkan media tumbuh selama 1-2 minggu agar terfermentasi sempurna.
§ Alirkan air bersih selama 3-4 hari pada media
tumbuh yang telah terfermentasi tersebut untuk membersihkan racun. Setel besar
debit air, jangan terlalu deras agar tidak erosi.
§ Langkah terakhir, genangi media tumbuh
tersebut dengan air bersih. Kedalaman air 5 cm dari permukaan. Pada kolam tersebut
bisa diberikan tanaman air seperti eceng gondok. Jangan terlalu padat.
§ Dari proses di atas didapatkan lapisan media
tumbuh/lumpur setebal kurang lebih 60 cm. Setelah semuanya selesai, bibit belut
siap untuk ditebar.
Catatan: Dengan metode lain, budidaya belut bisa
dipelihara dalam air bersih tanpa menggunakan lumpur.
Penebaran bibit dan pengaturan air
Belut merupakan hewan yang bisa dibudidayakan dengan kepadatan
tinggi. Kepadatan tebar untuk bibit belut berukuran panjang 10-12 cm berkisar
50-100 ekor/m2.
Lakukan penebaran bibit pada pagi atau sore hari, agar belut
tidak stres. Bibit yang berasal dari tangkapan alam sebaiknya dikarantina
terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina dilakukan dengan meletakkan
bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama
dalam proses karantina.
Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air
seperti genangan sawah) yang penting terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman
air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yang terlalu dalam akan
membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga
belut akan lebih kurus.
Pemberian pakan
Belut merupakan hewan yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan
pakan bisa berakibat fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar.
Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut.
Secara umum belut membutuhkan jumlah pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuhnya
setiap hari.
Berikut kebutuhan pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg:
§ Umur 0-1 bulan: 0,5 kg
§ Umur 1-2 bulan: 1 kg
§ Umur 2-3 bulan: 1,5 kg
§ Umur 3-4 bulan: 2 kg
Pakan budidaya belut bisa berupa pakan hidup atau pakan mati.
Pakan hidup bagi belut yang masih kecil (larva) antara lain zooplankton,
cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing,
kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang telah dewasa
bisa diberi makanan berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot,
belatung, dan keong. Frekuensi pemberian pakan hidup dapat dilakukan 3 hari
sekali.
Untuk pakan mati bisa diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot,
ikan rucah, cincangan kepiting yuyu, atau pelet. Pakan mati untuk budidaya
belut sebaiknya diberikan setelah direbus terlebih dahulu. Frekuensi pemberian
pakan mati bisa 1-2 kali setiap hari.
Karena belut binatang nokturnal, pemberian pakan akan lebih
efektif pada sore atau malam hari. Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi,
pemberian pakan bisa dilakukan sepanjang hari.
Pemanenan
Tidak ada patokan seberapa besar ukuran belut dikatakan siap
konsumsi. Tapi secara umum pasar domestik biasanya menghendaki belut berukuran
lebih kecil, sedangkan pasar ekspor menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk
pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan
untuk pasar ekspor 3-6 bulan, bahkan bisa lebih, terhitung sejak bibit ditebar.
Terdapat dua cara memanen budidaya belut, panen sebagian dan
panen total. Panen sebagian dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut,
kemudian belut yang masih kecil dipisahkan untuk dipelihara kembali.
Sedangkan pemanenan
total biasanya dilakukan pada budidaya belut intensif, dimana pemberian pakan
dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yang dihasilkan memiliki
ukuran yang lebih seragam.
No comments:
Post a Comment