Disusun oleh Teguh Yuono (www.alamtani.com)
Tanaman kakao dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif.
Namun secara umum, pembibitan kakao secara generatif lebih sering dilakukan
para petani. Mungkin karena dirasa lebih praktis.
Perbanyakan generatif adalah teknik memperbanyak tanaman dengan
menggunakan biji. Sedangkan perbanyakan vegetatif biasanya menggunakan setek,
okulasi, cangkok atau kultur jaringan.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan
perbanyakan generatif dibanding vegetatif.
Teknik generatif lebih praktis karena benih bisa disimpan dalam
waktu lama, pengiriman benih lebih fleksibel dan tanaman berdiri kokoh karena
memiliki akar tunjang. Hanya saja, dengan teknik ini sifat-sifat tanaman belum
tentu seragam dan bisa saja berlainan dengan tanaman induknya.
Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam pembibitan kakao
menggunakan teknik perbanyakan generatif. Tahapan-tahapan tersebut antara lain
penyiapan benih tanaman, penyiapan tempat pembibitan kakao, penyemaian,
penyiapan media tanam, pemindahan kecambah dan pemeliharaan bibit.
Penyiapan bahan tanam
Hal pertama yang dilakukan dalam pembibitan kakao adalah
penyiapan bahan tanam. Bahan tanam berupa biji dapat diperoleh dari kebun
produksi atau dengan pembelian ke sumber benih terpercaya.
Untuk penyediaan bahan tanam dari kebun produksi, tanaman induk
yang akan digunakan sebagai sumber benih harus memenuhi persyaratan antara lain
kondisi tanaman sehat dan kuat, memiliki produktivitas tinggi, serta berumur
antara 12 – 18 tahun.
Dari tanaman induk tersebut diambil buah yang sudah masak
sempurna. Buah yang sudah masak ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning
untuk buah yang kulitnya hijau atau menjadi jingga untuk buah yang kulitnya
merah.
Buah-buah tersebut kemudian dipecah dan diambil bijinya. Biji
yang digunakan sebagai benih terletak pada bagian poros atau tengah-tengah
buah. Dalam satu buah umumnya hanya digunakan 20-25 biji saja.
Biji-biji tersebut kemudian dibersihkan dari lendir (pulp)
yang menempel. Caranya, campurkan serbuk gergaji atau abu gosok pada biji yang
berlendir. Kemudian remas-remas dengan tangan. Setelah itu biji dicuci
menggunakan air mengalir untuk kemudian diangin-anginkan hingga kering selama 1
hari. Setelah kering biji siap untuk dikecambahkan.
Bila kita tidak memiliki sumber tanaman untuk pembibitan kakao,
benih bisa didapatkan dengan membeli. Kami menganjurkan untuk membeli benih di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao, di Jember. Bisa dipesan secara online.
Satu butir benih kakao di sana dijual seharga 500 – 750 rupiah tergantung jenis
klonnya.
Penyiapan tempat pembibitan kakao
Setelah bahan tanam atau benih siap, langkah selanjutnya dalam
tahapan pembibitan kakao adalah penyiapan bedengan dan naungan. Bedengan dan
naungan sebaiknya dibuat di tempat yang memenuhi syarat tempat pembibitan yang
baik yakni dekat dengan sumber air, tempatnya datar dan rata, dekat dari
jangkauan, dan aman dari berbagai gangguan.
Bedengan persemaian dibuat dengan ukuran lebar 1,2 meter dan
panjang maksimal 10 meter dengan arah membujur utara-selatan. Tanah untuk
bedengan tersebut kemudian dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa perakaran.
Tanah dicangkul sedalam 30 cm untuk kemudian digemburkan, dihaluskan, dan
diratakan.
Pada lapisan tanah yang sudah rata itu kemudian ditambahkan
pasir setebal 5 cm. Penggunaan pasir dimaksudkan agar akar kecambah kakao lebih
mudah dicabut saat pemindahan ke polibag. Agar pasir tidak longsor, tepi
bedengan harus diberi dinding penahan berupa papan kayu, bambu, atau batu bata.
Bedengan dilengkapi dengan naungan untuk menghidarkan semaian
dari teriknya sinar matahari atau tetesan air hujan secara langsung. Naungan
dibuat dari daun kelapa, daun tebu, atau dari anyaman daun alang-alang. Naungan
dibuat dengan tinggi tiang sebelah timur 1,5 meter dan di sebelah barat 1,2
meter.
Penyemaian benih
Setelah benih dan bedengan persemaian siap, tahapan pembibitan
selanjutnya adalah melakukan penyemaian benih. Benih-benih kakao yang akan
disemai terlebih dahulu direndam dalam larutan formalin 2,5% selama 10 menit
agar jamur tidak tumbuh.
Benih kemudian diletakkan di lapisan pasir dengan posisi bagian
yang rata menghadap ke bawah. Benih ditekan ke dalam lapisan pasir sehingga
kira-kira sepertiga bagian benih terbenam dalam media pasir. Benih disemai
secara berjajar dengan jarak 2,5 x 5 cm.
Setelah benih selesai disemai, bedengan kemudian disiram dengan
air untuk kemudian ditutup dengan daun alang-alang kering yang sudah dicelupkan
ke dalam larutan fungisida. Semaian benih disiram setiap bagi dan sore dan
setelah 4-5 hari di persemaian, benih kakao akan mulai berkecambah dan harus
segera dipindahkan ke pembibitan polibag.
Penyiapan media tanam
Setelah benih kakao berkecambah, benih harus segera dipindahkan
ke polibag. Polibag yang digunakan adalah polibag yang berukuran 20 cm x 30 cm
dengan tebal 0,08 mm. Polibag ini kemudian diisi dengan media tanam berupa
campuran tanah top soil, pupuk kandang, dan pasir yang telah diayak dengan
perbandingan 2:1:1. Pengisian media tanam dilakukan hingga 1-2 cm dari tepi
batas atas polibag.
Polibag-polibag yang sudah terisi media tanam kemudian disusun
di bawah naungan yang sudah disiapkan. Naungan pembibitan polibag serupa dengan
naungan persemaian. Polibag disusun dengan pola segitiga sama sisi dengan jarak
60 x 60 x 60 cm. Polibag yang sudah tersusun rapi kemudian disiram air hingga
jenuh.
Pemindahan kecambah
Setelah 4-5 hari di persemaian, benih-benih kakao sudah mulai
berkecambah. Benih-benih ini harus segera dipindahkan ke polibag yang sudah
disiapkan. Dalam kegiatan ini, seleksi terhadap kecambah perlu dilakukan untuk
mendapatkan bibit yang berkualitas. Kecambah-kecambah yang akarnya bengkok,
pertumbuhannya lambat, dan kecambah yang sudah tumbuh lebih dari 14 hari harus
dipisahkan.
Pemindahan kecambah dilakukan dengan hati-hati agar akar
tunggang tidak putus. Pengambilan kecambah dilakukan menggunakan bantuan solet
bambu. Kecambah yang telah diambil kemudian ditanam dalam media tanam di
polibag yang sudah dilubangi sedalam jari telunjuk. Akar tunggang kecambah
sebisa mungkin diusahakan agar dapat berdiri lurus dalam lubang tersebut.
Selanjutnya lubang ditutup dengan media untuk kemudian dibiarkan hingga dapat
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.
Pemeliharaan bibit
Bibit kakao dalam polibag harus dipelihara dengan baik agar
tumbuh kuat dan sehat. Kegiatan pemeliharaan bibit meliputi penyiraman,
pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.
Penyiraman mutlak perlu dilakukan agar bibit tidak mengalami
kekeringan. Saat musim kemarau, penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi
dan sore hari, sedangkan saat musim hujan penyiraman disesuaikan dengan keadaan
media tanam dalam polibag.
Pemupukan pada bibit kakao dilakukan setiap 14 hari sekali
sampai bibit berumur 3 bulan. Pemupukan dilakukan dengan pupuk urea yang telah
dilarutkan dalam air. Larutan pupuk urea dibuat dengan konsentrasi 1%, ini
berarti dalam 1 liter larutan terkandung pupuk urea sebanyak 10 gram.Setiap
bibit disiram larutan pupuk hingga 100 ml. Setelah penyiraman pupuk, bibit
perlu disiram kembali menggunakan air bersih agar larutan pupuk urea yang
menempel pada bagian tanaman luruh.
Pengendalian hama penyakit pada pembibitan kakao dilakukan
tergantung pada kondisi serangan. Jika hama dan penyakit seperti kutu putih,
aphis, kumbang kecil, atau cendawan pembusuk menyerang bibit, pengendalian
dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida sesuai dosis.
Setelah 3 bulan, bibit kakao telah memiliki minimal 18-24 helai
daun, diameter batang sekitar 8 mm, dan tinggi 50 – 60 cm. Bibit ini pun sudah
siap untuk ditanam di lapangan atau bisa pula diokulasi dan disambung untuk
memperbaiki kualitas bibit kakao yang dihasilkan.
—
Referensi
Referensi
1.
Elna Karmawati, dkk.
2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan
2.
Hatta Sunanto. 1994.
Cokelat, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius.
3.
Rijadi Subiantoro.
2009. Teknik Pembibitan Tanaman Kakao. Politeknik Negeri Lampung.
No comments:
Post a Comment