Disusun oleh www.alamtani.com
Kolam tanah banyak ditemukan di tengah-tengah perkampungan dan
pekarangan rumah. Kolam tanah air tenang, bisa dibuat di tempat-tempat dengan
sumber air terbatas.
Kelebihan kolam tanah dibanding kolam tembok, kolam terpal atau
akuarium adalah kekayaan hayatinya. Karena tanah yang menjadi dasar kolam
merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai organisme yang menunjang
kehidupan ikan. Organisme tersebut bisa bermanfaat juga sebagai pakan alami
bagi ikan.
Biaya pembuatan kolam tanah relatif lebih murah dibanding jenis
kolam lainnya. Kolam tanah juga lebih fleksibel, gampang dialih fungsikan untuk
tujuan lain seperti sawah. Wajar bila banyak pembudidaya ikan tradisional
masih menggunakan jenis kolam ini.
Untuk mengetahui bagaimana struktur dan cara membuat kolam
tanah, silahkan baca artikel sebelumnya mengenai cara
membuat kolam tanah.
Tipe kolam tanah
Terdapat berbagai tipe kolam tanah yang dikenal saat ini.
Diantaranya kolam tanah dengan tanggul tanah, kolam tanah dengan tanggul tembok
atau batu, dan kolam tambak air payau.
Kolam tanah dengan tanggul tanah biasanya digunakan oleh para
petani ikan tradisional. Pembuatan kolam tipe ini murah dan mudah. Namun
pemeliharaannya perlu ketelatenan karena tanggul kolam mudah rusak dan bocor.
Tanggul tanah juga seringkali dirusak binatang-binatang yang suka menggali
seperti kepiting.
Kolam tanah dengan tanggul tembok disebut juga kolam semi
intensif. Kolam ini lebih awet dan tahan lama. Tanggul kolam juga tidak akan
rusak diganggu binatang. Kolam seperti ini bisa digunakan untuk budidaya
ikan lele atau budidaya
belut yang dikenal sering membuat lubang.
Kolam tanah dengan
tanggul tanah dan tanggul tembok. (Gambar: Gusrina, 2008)
Tambak air payau biasanya digunakan oleh petani ikan yang dekat
dengan laut. Tambak merupakan kolam air tenang dengan ukuran yang relatif
besar. Biasanya tidak kurang dari 1000 m2 satu kolamnya. Sumber pengairan
tambak berasal dari air laut atau muara sungai. Sehingga air kolam tambak
rasanya payau.
Pengeringan kolam
Pengeringan kolam tanah harus dilakukan setiap kali budidaya
ikan dimulai. Caranya dengan mengosongkan isi kolam dan menjemur dasar kolam.
Penjemuran berlangsung selama 3-7 hari tergantung cuaca dan jenis tanah.
Sebagai patokan, penjemuran sudah selesai apabila tanah terlihat
retak-retak. Penjemuran yang terlalu lama akan menyebabkan tanah membatu.
Sebaiknya jangan sampai seperti itu. Untuk mengukurnya, injak dasar kolam. Bila
telapak kaki kita hanya meninggalkan jejak sedalam kurang lebih 1 cm, pengeringan
sudah dianggap cukup. Bila jejak yang ditinggalkan masih dalam, penjemuran
belum maksimal.
Pengeringan dasar kolam tanah dilakukan untuk memutus
siklus hidup hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya
sebelumnya. Sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati dengan sinar
matahari kekeringan. Selain itu, penjemuran juga membantu menghilangkan gas-gas
beracun yang terperangkap di dasar kolam.
Pembajakan tanah
Dasar kolam yang telah dikeringkan dan dijemur, selanjutnya
diolah dengan cara dibajak atau dicangkul. Kedalaman pembajakan sekitar 10 cm.
Pembajakan tanah berfungsi untuk membalik tanah agar tanah menjadi gembur.
Bersamaan dengan pembajakan, angkat lumpur hitam yang biasanya
tersisa di dasar kolam. Lumpur hitam tersebut terbentuk dari sisa pakan yang
tidak habis dimakan ikan. Lumpur hitam biasanya menimbulkan aroma busuk dan
mengandung gas beracun seperti hidrogen sulfida (H2S), nitrit (NO2) dan amoniak
(NH3).
Disamping itu, lakukan pemeriksaan terhadap pematang atau
tanggul-tanggul. Bila ada kebocoran atau rusak segera ditambal. Bersihkan juga
dasar kolam dari kerikil dan sampah anorganik.
Pengapuran kolam tanah
Kolam tanah yang telah dipakai budidaya ikan biasanya keasaman
tanahnya meningkat (pH-nya turun). Oleh karena itu perlu dinetralkan dengan
memberikan kapur pertanian atau dolomit. Derajat keasaman ideal bagi
perkembangan ikan biasanya berkisar pH 7-8. Bila derajat keasaman tanah
kurang dari itu perlu pengapuran.
Jumlah kapur yang diberikan untuk menetralkan pH sekitar 2
ton/ha. Namun jumlah pastinya harus disesuaikan dengan pH tanah dan jenis
tanah. Pada jenis tanah liat berlumpur, takaran pengapuran untuk menetralkan pH
tanah adalah sebagai berikut:
§ pH kurang dari 4,0 jumlah kapur 4
ton/ha
§ pH 4,0 – 4,4 jumlah kapur 3 ton/ha
§ pH 4,5 – 5,0 jumlah kapur 2,5 ton/ha
§ pH 5,1 – 5,5 jumlah kapur 2 ton/ha
§ pH 5,6 – 6,5 jumlah kapur 1 ton/ha
Dosis di atas perlu ditambah bila jenis tanahnya semakin dominan
tanah liat. Sedangkan untuk tanah yang semakin berpasir, dosis pengapurannya
dikurangi.
Pengapuran diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah.
Kapur diaduk dengan tanah yang telah dibajak hingga merata.
Usahakan agar kapur tercampur hingga kedalaman 10 cm. Setelah itu,
kolam didiamkan selama 2-3 hari.
Pemupukan kolam tanah
Setelah proses pengapuran selesai, langkah selanjutnya adalah
pemupukan. Sebaiknya gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar.
Apabila dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia atau penyubur tanah
lainnya. Pupuk organik mutlak diperlukan untuk mengembalikan kesuburan tanah.
Pupuk organik akan merangsang aktivitas kehidupan dalam tanah.
Tanah yang kaya bahan organik merupakan surga bagi berbagai macam organisme
untuk berkembang biak. Organisme tersebut nantinya sangat bermanfaat
sebagai pakan alami ikan.
Jenis pupuk organik yang digunakan bisa pupuk kompos atau pupuk
kandang. Dosisnya sekitar 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebarkan
secara merata di permukaan dasar kolam. Bila dirasa kurang, bisa ditambahkan
pupuk kimia. Pupuk kimia yang sering dipakai untuk dasar kolam adalah urea dan
TSP. Setelah dipupuk, kolam dibiarkan selama 1-2 minggu. Selanjutnya, kolam
siap untuk diisi air.
Penggenangan kolam
Tahap terakhir persiapan kolam tanah adalah penggenangan kolam
dengan air. Caranya dilakukan secara bertahap. Pertama-tama genangi dasar kolam
dengan air setinggi 10-15 cm. Dengan kedalaman air seperti ini sinar matahari
masih bisa menembus dasar kolam. Sehingga berbagai macam tumbuhan dan hewan
bisa berkembangbiak.
Biarkan kondisi tersebut selama 2-3 hari. Warna air akan
terlihat kehijauan. Itu tandanya gangang sebagai makanan biota air dan ikan
telah tumbuh. Setelah itu ketinggian air bisa dinaikkan hingga 60-75 cm dan
kolam siap untuk ditebari benih ikan.
—–
Referensi
Referensi
1.
Ghufran Kordi. 1997.
Budidaya ikan nila. Dahara Prize, Semarang.
2.
Gusrina. 2008.
Budidaya ikan Jilid I. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
3.
Kholis Mahyuddin.
2012. Panduan lengkap agribisnis lele. Penebar Swadaya, Jakarta.
No comments:
Post a Comment